Pemerintah mendesak PT Vale Indonesia Tbk (VALE) menggunakan sumber gas dalam negeri untuk memasok gas alam cair (LNG) di pabrik pengolahan nikel di Desa Bahomotope, Kecamatan Bahadopi, Morowali, Sulawesi Tengah. Argumennya, dalam waktu dekat Indonesia sudah bisa memproduksi LNG dalam skala besar melalui pengoperasian proyek Tangguh Train 3 pada Maret 2023.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan proyek LNG Tangguh Train 3 yang berlokasi di Teluk Bintuni, Papua Barat nantinya akan menjadi pemasok LNG untuk pabrik atau industri dalam negeri.
“Pemerintah punya proyek LNG di Bintuni yang diharapkan alokasi proyek dalam negeri,” kata Airlangga saat ditemui wartawan usai agenda ground breaking Smelter Bahodopi, Jumat (10/2).
Proyek Tangguh Train 3 dioperasikan oleh British Petroleum atau BP dengan kapasitas produksi 3,8 metrik ton per tahun. Proyek ini dikembangkan berdasarkan persetujuan rencana pengembangan kedua, dengan nilai investasi mencapai US$ 11 miliar atau setara Rp 159 triliun.
Hasil produksi Train 3 yang ditargetkan selesai pada Maret 2023 akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan gas dalam negeri. Termasuk kebutuhan pembangkit listrik PT PLN. Pabrik peleburan nikel diperkirakan membutuhkan 22 juta British Thermal Units (mmBtu) gas alam cair (LNG) per tahun yang menghasilkan daya 500 megawatt (MW) untuk memenuhi 28% kebutuhan listrik pabrik peleburan.
“Diharapkan kapasitas LNG Bintuni meningkat sepanjang masa operasi tambang. Harapannya operasi produksi gas mampu mengalokasikan proyek-proyek di dalam negeri,” kata Airlangga.
Selain proyek LNG Tangguh di Bintuni, Airlangga juga memperhatikan sumber gas dari Blok Masela. Meski belum berproduksi, keberadaan Blok Masela dinilai menjadi pemasok utama pengadaan gas industri di Tanah Air.
“Kedua, pemerintah masih punya proyek di Blok Masela, tapi proyek ini butuh waktu untuk dibangun, jadi tentu saja alokasi gasnya sesuai dengan ketersediaan pasokan,” ujar Airlangga.
Sebelumnya, Vale telah melakukan peletakan batu pertama pembangunan smelter Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) dan diproyeksikan memakan waktu 2,5 tahun.
Smelter Bahodopi adalah proyek kolaborasi antara Vale dan Taiyuan Iron & Steel Limited (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology. Pabrik pengolahan bijih nikel ini nantinya akan mendapat pasokan bahan baku dari tambang Vale yang terletak di Kecamatan Bungku Timur, Morowali.
Proyek peleburan dengan nilai investasi sekitar Rp37 triliun itu mampu mengolah 73.000 metrik ton nikel per tahun. Smelter Bahodopi adalah proyek kolaborasi antara Vale dan Taiyuan Iron & Steel Limited (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology. Pabrik pengolahan bijih nikel ini nantinya akan mendapat pasokan bahan baku dari tambang Vale yang terletak di Kecamatan Bungku Timur, Morowali.
“Proyek ini merupakan green smelting plant pertama yang saya lihat berbasis LNG. Lokasi smelter ini juga dekat dengan tempat bahan bakunya,” kata Airlangga.