Negara-negara Eropa berusaha mengekspor kembali batu bara yang ditimbun di pelabuhan karena pasokan gas untuk pembangkit listrik dan produksi energi terbarukan sudah mencukupi. Pasokan batu bara yang semula ke Eropa juga dialihkan ke pasar Asia.
Menurut sebuah laporan oleh perusahaan logistik komoditas Berge Bulk Ltd., kargo batubara Eropa yang tidak diinginkan sedang menuju ke Asia, khususnya China dan India, di mana perusahaan listrik menimbun batubara untuk menyambut musim panas. Hal ini juga menjadi salah satu faktor yang menekan harga batubara.
“Sebuah kapal berisi sekitar 7 juta ton batu bara Kolombia akan diekspor ke negara-negara Asia pada kuartal kedua tahun ini, bukan ke pelabuhan Eropa,” kata CEO Berge Bulk James Marshall yang armadanya melayani rute tersebut, seperti dikutip Bloomberg, Selasa. (30/5). ).
Pelanggan Eropa meningkatkan impor batu bara Kolombia mereka tahun lalu sebesar 23% menjadi sekitar 30 juta ton, menurut data dari shipbroker BRS Group, setelah benua itu jatuh ke dalam krisis energi menyusul invasi Rusia ke Ukraina.
Pelaku pasar di Asia melaporkan telah menerima beberapa penawaran batubara dari pemain Eropa, terutama untuk batubara bernilai kalori tinggi, yang digunakan oleh sebagian besar pembangkit listrik mereka.
“Saya membeli kiriman dari Polandia baru-baru ini dan menerima tawaran lain untuk batubara di atas 5500 kcal/kg NAR. Karena harga global turun drastis, pemain Eropa siap jual meski rugi atau kualitas produk akan terus turun,” ujar trader asal India.
Namun, dengan harga gas alam yang turun lebih dari 90% sejak Agustus, lebih banyak pembangkit listrik beralih ke bahan bakar alternatif. Lebih banyak batu bara juga menuju ke Asia dari Afrika Selatan, kata kepala leasing di Noble Resources Group, Carl Tyler.
Kedatangan tambahan di China akan meningkatkan stok di pelabuhan. Negara ini telah meningkatkan impor pada saat yang sama dengan memperluas produksi dalam negeri untuk mendukung pembukaan kembali ekonominya.
Tetapi permintaan tidak berlanjut karena pemulihan China mengecewakan. Tapi itu bisa berubah saat cuaca menghangat, dan energi alternatif seperti tenaga air dipengaruhi oleh kekeringan karena prospek suhu yang lebih hangat dari biasanya musim panas ini.
“Kinerja ekonomi yang lebih kuat di semester kedua akan meningkatkan kebutuhan listrik China,” kata Johann Tan, analis di unit BMI Fitch Solutions. “Musim panas yang lebih panas juga menyebabkan pasokan batu bara lebih tinggi sebagai jaminan terhadap kekurangan energi,” katanya.
Diketahui, harga batu bara terus mengalami penurunan sepanjang tahun. Hingga Senin (29/5) harga batu bara di ICE Newcastle Australia, salah satu harga acuan dunia, turun ke level terendah sejak Juli 2021 di US$ 137,15 per ton. Sejauh tahun ini harga telah terkoreksi hingga 54%.