Pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian mineral atau peleburan nikel milik PT Vale Indonesia di Desa Bahomotope, Kecamatan Bahadopi, Morowali, Sulawesi Tengah resmi dimulai Jumat (10/2).
Peresmian pembangunan proyek tersebut disemarakkan dengan peletakan batu pertama yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. Pembangunan smelter dengan teknologi Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) ini diproyeksikan memakan waktu 2,5 tahun.
Peleburan Bahadopi adalah proyek kolaborasi antara Vale dan Taiyuan Iron & Steel Limited (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology. Pabrik pengolahan bijih nikel ini nantinya akan mendapat pasokan bahan baku dari tambang Vale yang terletak di Kecamatan Bungku Timur, Morowali.
Proyek peleburan dengan nilai investasi sekitar Rp37 triliun itu mampu mengolah 73.000 metrik ton nikel per tahun. Smelter tersebut diperkirakan membutuhkan 22 juta British Thermal Units (mmBtu) gas alam cair (LNG) per tahun yang menghasilkan daya 500 megawatt (MW) untuk memenuhi 28% kebutuhan listrik smelter.
“Proyek ini merupakan green smelting plant pertama yang saya lihat berbasis LNG. Lokasi smelter ini juga dekat dengan tempat bahan bakunya,” kata Airlangga saat menyampaikan sambutan langsung di lokasi.
Untuk menyediakan fasilitas LNG di Blok Bahadopi, PT Vale Indonesia dan perusahaan patungan TISCO dan Shandong Xinhai Technology akan menyiapkan dana US$ 300 juta dari investasi US$ 2,1 miliar. Sementara itu, PT Vale Indonesia mengalokasikan US$ 5 juta untuk penelitian dan pengembangan LNG.
Direktur Utama Vale Indonesia Febriany Eddy menyatakan kontribusi green smelting ini dapat mengurangi emisi karbon hingga 2 juta ton per tahun. Hasil olahan berupa feronikel akan digunakan sebagai bahan baku produksi stainless steel.
Febri mengatakan Vale telah bermitra dengan TISCO untuk produksi stainless steel. Langkah ini dinilai positif karena TISCO merupakan perusahaan manufaktur dengan cakupan pasar yang luas.
“Kami sepakat untuk segera meninjau pembangunan baja setelah pembangunan smelter agar bisa dilanjutkan ke hilir,” kata Febri di lokasi yang sama.
Proyek ini diperkirakan akan menyerap tenaga kerja sekitar 12 15 ribu tenaga kerja. Perseroan juga berkomitmen untuk memaksimalkan tenaga kerja lokal sekaligus melaksanakan program peningkatan kompetensi untuk pelatihan tenaga kerja.
“Sudah ada kelas keterampilan kelistrikan dan las, baru mulai dan akan kita tingkatkan volumenya untuk kemampuan mereka,” ujar Febri.