PT PLN menggelar pertemuan dengan France Hydrogene atau French Hydrogen Association untuk membuka peluang kerjasama pengembangan green hydrogen di Indonesia. Kunjungan kerja PLN ke Perancis juga mengadakan pertemuan dengan asosiasi bisnis dan perusahaan energi dari Perancis untuk membahas peluang dukungan dalam pengembangan teknologi hidrogen.
Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Usaha PLN Hartanto Wibowo mengatakan, pertemuan tersebut diinisiasi oleh Akademi Energi Indonesia (ECADIN). Dalam forum tersebut, Hartanto memaparkan strategi dan inisiatif transisi energi PLN untuk mencapai Net Zero Emissions atau NZE 2060, salah satunya melalui pengembangan green hydrogen.
“Kami menyampaikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada France Hydrogene yang telah mengajak seluruh perusahaan di bawah asosiasinya untuk berkolaborasi dengan PLN dalam pengembangan teknologi energi berkelanjutan, khususnya green hydrogen, sehingga memberikan manfaat yang besar bagi kedua belah pihak,” kata Hartanto dalam siaran persnya. Selasa (25/4).
Hartanto menambahkan, PLN akan membangun pembangkit listrik tenaga hidrogen yang akan menggantikan pembangkit berbahan bakar fosil diesel. Kerjasama dengan France Hydrogene ini juga menjadi fokus dalam pengembangan teknologi hidrogen yang menjadi solusi untuk memanfaatkan potensi alam Indonesia.
“Pertemuan ini mencerminkan bagaimana kita semua memiliki visi yang sama untuk mengembangkan teknologi energi berkelanjutan. Untuk itu kita tidak bisa sendiri-sendiri, semoga dari pertemuan ini kita bisa saling bekerja sama,” kata Hartanto.
Presiden Direktur Hidrogen Prancis, Phillipe Boucly, menyambut baik pertemuan dengan PLN. Ia berharap Asosiasi Perusahaan di bawah France Hydrogene dapat membantu Indonesia mengurangi emisi karbon.
France Hydrogene memiliki 467 perusahaan anggota yang bergerak di bidang hidrogen di Perancis yang saat ini diketuai oleh Phillipe Boucly. Beberapa perusahaan yang hadir dalam pertemuan yang bertempat di kantor MEDEF International tersebut antara lain Air Liquide, Arhyze, HDF Energy, Sapaic Industry, Sunna Design, Vallourec Tubes, Vinci Energies dan MEDEF International.
“Perusahaan di bawah payung kami dapat membantu Indonesia melakukan dekarbonisasi sekaligus mendukung upaya pemerintah untuk mengembangkan hidrogen di Indonesia. Pada awal Januari 2023, beberapa perusahaan di bawah payung kami telah menandatangani kontrak pengembangan hidrogen di beberapa negara di dunia, seperti HDF, Elogen, John Cockerill, Air Liquide, dan Swen,” kata Phillipe.
Ia juga menjelaskan bahwa hidrogen merupakan pembawa energi potensial di Eropa untuk menggantikan impor energi fosil. Philipe juga mengatakan bahwa pengelolaan pengembangan teknologi hidrogen di Perancis sangat efisien.
Pada tahun 2030, Eropa akan membutuhkan sebanyak 20 juta ton hidrogen, dimana 10 juta ton diproduksi di Eropa, sedangkan 10 juta ton sisanya akan diimpor dari luar Eropa dalam bentuk 6 juta ton hidrogen dan 4 juta ton. ton. dalam bentuk amonia dan turunan hidrogen lainnya.
Sehingga diperkirakan pada tahun 2030, kebutuhan green hydrogen dari energi terbarukan di Eropa mencapai 500 Watt hour (TWh), kapasitas elektrolisis sebesar 120 gigawatt (GW) dengan kebutuhan investasi mencapai 471 miliar Euro.
Phillipe Boucly juga menjelaskan bahwa pada tahun 2030 di Prancis diperkirakan akan terpasang elektrolisis sebesar 6,5 GW dengan kebutuhan investasi sebesar 9 miliar Euro sehingga akan mengurangi emisi sebesar 6 juta ton CO2 dan akan menyerap tenaga kerja sebanyak 150 ribu orang.