Menteri ESDM Arifin Tasrif menargetkan smelter tembaga PT Freeport Indonesia yang didirikan di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik beroperasi secara komersial sebelum Desember 2024.
Arifin mengatakan progres konstruksi smelter tembaga baru di kawasan itu mencapai 65% pada April ini, berubah drastis dari realisasi konstruksi kuartal I 2023 yang sebesar 61,5%.
Mantan Direktur Utama PT Pupuk Indonesia itu juga mendorong Freeport untuk mempercepat progres pembangunan smelter hingga 4% per bulan. Kementerian juga menargetkan proyek pembangunan smelter mencapai 92% pada Desember 2023.
“Sisanya delapan bulan dikalikan 4%, lalu ditambah 65%. Itu banyak, 97%,” kata Arifin di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (5/5).
Sebelumnya, Managing Director Freeport Indonesia Tony Wenas menargetkan pembangunan smelter selesai seluruhnya pada akhir 2023 dengan peningkatan produksi pada 2024. Pabrik pengolahan tembaga tersebut dibangun pada 2019 dan diharapkan beroperasi pada akhir Mei 2024.
Progres pembangunan smelter pada Maret 2023 mencapai sekitar 61,5%. Setelah itu, produksi akan ditingkatkan secara bertahap hingga beroperasi secara komersial pada akhir tahun 2024.
“Commissioning sudah dimulai Mei 2024. Jadi untuk produksi masih harus tantang agar bisa akselerasi sebelum Desember 2024,” kata Arifin.
Smelter senilai US$ 3 miliar itu diperkirakan mampu mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun. Pembangunan smelter baru tersebut sempat tertunda selama satu tahun, menyusul kendala pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia selama dua tahun terakhir.
Sebelumnya, kata Tony, smelter tersebut baru bisa beroperasi penuh pada Desember 2024. Dalam Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Freeport, disebutkan bahwa masa penyelesaian Pabrik Gresik paling lambat 5 tahun sejak IUPK diterbitkan. pada Desember 2018, sehingga penyelesaian maksimal pembangunan smelter selesai. pada Desember 2023.
“Ada pandemi Covid-19, makanya kami mengajukan perpanjangan ke pemerintah karena force majeure yang tertunda selama 1 tahun,” kata Tony dalam Rapat Kerja (RDP) dengan Komisi VII DPR, Senin (27/3). .
Jika smelter selesai, Freeport akan mampu mengolah 3 juta ton konsentrat tembaga setiap tahunnya. Hal itu berawal dari langkah Freeport Indonesia untuk meningkatkan kepemilikannya di pabrik pengolahan atau peleburan tembaga milik PT Smelting yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur, dari 39,5% menjadi 65%.
Penambahan kepemilikan aset tersebut tak lepas dari peran Freeport sebagai investor tunggal dalam proyek perluasan atau penambahan kapasitas pabrik tersebut. Melalui pendanaan US$ 250 juta atau sekitar Rp 3,7 triliun yang diperoleh seluruhnya dari Freeport, smelter milik PT Smelting ini diproyeksikan mampu meningkatkan kapasitas peleburan konsentrat tembaga hingga 300 ribu ton menjadi 1,3 juta ton per tahun. .