PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam (ANTM) menyatakan tidak ingin melewatkan peluang pasar yang besar dari hilirisasi nikel, terutama terkait pengembangan ekosistem industri kendaraan listrik.
Sekretaris Perusahaan Antam Syarif Faisal Alkadrie mengatakan perseroan telah melakukan hilirisasi nikel sejak tahun 1970-an. Namun, fokus hilirisasi hanya terbatas pada pengolahan nikel menjadi baja tahan karat atau stainless steel.
Dia mengatakan ada dua jalur hilirisasi nikel, yakni hilir nikel kelas dua untuk pasar stainless steel dan nikel kelas satu untuk pasar kendaraan listrik. Saat ini, fokus hilirisasi Antam beralih ke pengolahan nikel untuk kendaraan listrik.
“Untuk nikel kelas satu belakangan ini pasarnya meningkat sehingga kami tidak mau ketinggalan. Kami akan mewujudkan hilirisasi nikel kelas satu untuk EV (kendaraan listrik),” ujarnya dalam webinar Strategi Pencapaian Target Investasi 2023 dengan Mendorong Hilirisasi, Rabu (29/3).
Syarif meyakini pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik sebagai tujuan hilirisasi nikel akan benar-benar terwujud. Pasalnya, potensi pasar global baterai EV sangat menjanjikan di masa depan.
“Kami melihat Indonesia juga merupakan negara dengan ekonomi yang baik dan posisi yang kuat, cadangan nomor satu dunia, pasar juga memiliki potensi besar untuk EV dan kami akan dapat lebih kompetitif karena kami membangun dari hulu ke hilir,” dia berkata.
Syarif mengatakan Indonesia memiliki cadangan nikel mencapai sekitar 21 juta ton, sekitar 21 persen atau cadangan terbesar di dunia.
“Kita sendiri memiliki cadangan 4,8 juta ton atau sekitar 5% dari cadangan dunia. Ini kekuatan kita yang harus dimonetisasi, salah satunya melalui hilirisasi baterai EV,” ujarnya.
Syarif menambahkan, Antam memiliki visi menjadi perusahaan global pada 2030 di ekosistem baterai kendaraan listrik dari hulu hingga hilir.
Antam juga berperan dalam kegiatan hulu pertambangan. Untuk hilirisasi, Antam menjalin kerja sama dengan MIND ID, PLN, dan Pertamina dengan nama Indonesia Battery Corporation (IBC).
“Kita sadar Indonesia punya cadangan tapi dari segi kemampuan perlu dukungan pihak lain. Oleh karena itu kami sedang mengembangkan ini dengan mitra strategis,” ujarnya yang saat ini bekerja sama dengan LG Energy Solution dan Hong Kong CBL Limited (HKCBL).