Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan akan ada investasi baru terkait produksi dalam negeri kendaraan listrik atau baterai EV. Bahlil mengatakan, ada tiga investor yang bekerja sama membangun fasilitas produksi terpadu sekitar Rp 134,7 triliun.
Bahlil mengatakan investasi tersebut akan menghasilkan fasilitas produksi yang terintegrasi mulai dari pertambangan hingga produksi baterai EV. Nikel untuk produksi baterai akan dipasok dari Papua.
“Instruksi Presiden sudah jelas, September semua administrasi sudah selesai dan ground breaking sudah dimulai,” kata Bahlil di Istana Kepresidenan, Rabu (31/5).
Tiga investor yang dimaksud Bahlil adalah Glencore Ltd dari Swiss, EVision International dari Inggris, dan Umicore dari Belgia. Bahlil mengatakan potensi investasi pembangunan pabrik terintegrasi itu mencapai US$ 9 miliar.
Bahlil mengatakan pabrik tersebut akan dibangun di Kawasan Industri Bantaeng, Sulawesi Selatan. Area ini berfokus pada penggunaan energi dari pembangkit listrik tenaga angin.
Kawasan Industri Bantaeng meliputi area seluas 3.000 hektar dan dijadwalkan mulai beroperasi pada 2022. Sementara itu, pembangunan Kawasan Industri Bantaeng dimulai pada 2015.
Bahlil mengatakan ketiga investor tersebut akan bekerja sama dengan PT Aneka Tambang Tbk. Pabrik tersebut dapat memiliki kapasitas produksi baterai EV hingga 20 gigawatt jam pada tahap pertama.
“Fokus pasar ekspor ke Eropa. Ini EVision dari Inggris, nanti jadi hub ke Eropa,” ujar Bahlil.
Sebelumnya, ada juga investasi yang datang dari perusahaan asal Korea, LG, dengan nilai investasi US$ 8,9 miliar. Lalu ada perusahaan asal China, Contemporary Amperex Technology Co Limited atau CATL, dengan nilai investasi US$ 5,2 miliar.
Ada juga beberapa perusahaan otomotif Eropa yang telah sepakat berinvestasi di sektor produksi kendaraan listrik. Seperti dua perusahaan Jerman, Volkswagen dan BASF.
Reporter: Andi M. Arief